Konseling Keluarga
KONSELING KELUARGA
A. Latar Belakang Kehidupan Keluarga
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga,
tidak akan pernah lepas dari sistem nilai yang ada di masyarakat tertentu.
Berbagai sistem nilai yang ada di masyarakat :
a) Nilai agama. Saat ini, mengalami degradasi terhadap
nilai agama, sebab semua agama merasakan bahwa kebanyakan
umatnya kurang setia pada agama yang dianutnya.
b) Degradasi nilai adat istiadat. Ini sering disebut
sebagai tata susila atau kesopanan. Hal ini dapat dibuktikan pada perilaku
anak-anak dan remaja saat ini.
c) Degradasi nilai-nilai sosial. Sebagaimana kita
saksikan saat ini, masyarakat sangat individualis mementingkan diri sendiri
dalam segala hal, enggan berbagi harta, pikiran, saran, pendapat, tidak mau
bergaul terutama dengan orang kelas bawah dan memutuskan tali silaturahmi
terutama dengan keluarga.
d) Degradasi kesukarelaan keluarga. Seperti yang kita lihat saat ini banyak
sekali kekisruhan keluarga, kasus suami membunuh istrinya dan sebaliknya, ayah
membunuh anaknya dan sebaliknya.
Namun tak dapat dipungkiri, bahwa keluarga modern
memiliki ciri utama kemajuan dan perkembangan dibidang pendidikan, ekonomi dan
pergaulan. Kebanyakan keluarga modern berada di perkotaan, mungkin juga ada
keluarga modern berada di pedesaan, akan tetapi jarang berinteraksi dengan
masyarakat pedesaan. Kelengkapan alat transportasi dan komunikasi memungkinkan
mereka cepat berinteraksi di kota yaitu dengan kelluarga lainnya. Namun,
dibalikk semua itu, terdapat krisis keluarga, artinya keadaan kelurga dalam
keadaan kacau, tidak teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk
mengendalikkan kehidupan anak-anaknya terutama remaja. Berikut ini adalah
penyebab terjadinya krisis keluarga, yaitu: kurang atau putusnya komunikasi
diantara anggota keluarga terutama ayah dan ibu, sikap egosentrisme, masalah
ekonomi, masalah kesibukan, masalah pendidikan, masalah perselingkuhan dan jauh
dari agama.
Dari sekian banyak masalah keluarga yang telat
disebutkan di atas, pasti ada jalan keluar untuk penyelesain. Ada banyak upaya
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan krisis keluarga. Ada dengan cara
tradisional dan ada pula dengan cara modern atau sering disebut dengan cara
ilmiah. Pemecahan masalah keluarga dengnan cara tradisional terbagi dua bagian.
Pertama, kearifan atau dengan kasih sayang, kekeluargaan. Kedua orang tua dalam menyelesaikam krisis keluarga
terutama yang berhubungan dengan anak dan istri.
Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga,
cara ini telah dilakukan oleh para ahli konseling di seluruh dunia. Ada dua
pendekatan yang dilakukan dalam hal ini, yaitu:
1) Pendekatan individual. Yaitu upaya menggali emosi,
pengalaman dan pemikiran klien.
2) Pendekatan kelompok, yaitu disksi dalam keluarga yang
dibimbing oleh konselor keluarga.
B. Memahami Konseling Keluarga
A) Latar belakang konseling keluarga
1. Perubahan kehidupan keluarga
Dengan berakhirnya perang dunia II, maka terjadilah
perubahan dalam sosiokultural dala msyarakat AS. Pengaruh tersebut menggejala pula terhadap keluarga dan
anggota-anggotanya. Keluarga mendapatkan tantangan dan tekanan dari luar dan
dalam dirinya sedangkan keluarga itu harus tetap bertahan. Kemajuan disegala
bidang, terutama ilmu dan teknologi terasa pula dampaknya terhadap keluarga di
Indonesia khususnya di kota-kota.
2. Keluarga Berantakan (broken home)
Yang dimaksud keluarga berantakan dapat dilihat dari
dua aspek, yaitu:
1. Keluarga itu
berantakan karena strukturnya tidak utuh, karena meninggal dunia atau bercerai.
2. Orang tua tidak
bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu
jarang ada di rumah, atau tidak memperlihatkan kasih saying lagi.
3. Kasus Siswa di Sekolah
Banyak kasus siswa di sekolah yang bersumber dari
keadaan keluarganya, misalnya krisis keluarga. Biasanya, jika ternyata memang
kasus itu berkaitan erat dengan masalah keluarga, mka guru pembimbing akan
berusaha melakukan kunjungan rumah.
4. Konseling Keluarga dan Sekolah
Keluarga dan sekolah merupakan dua sistem yang amat
penting dalam kehidupan anak dan remaja. Keluarga berperan utama dalam
mempengaruhi anak-anak dalam proses perkembangan dan sosialisasinya. Sekolah
tidak hanya mengembangkan keterampilan kognitif, akan tetapi juga mempengaruhi
perkembangan perilaku emosional dan sosial.
B) Pengertian konseling keluarga
Family counseling atau konseling keluarga adalah upaya yang diberikan kepada individu anggota
keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar
potensinya berkembabng seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas
dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan
kecintaan terhadap keluarga.
C. Teori-teori Konseling
1. Pendekatan Psikoanalisis
Sigmud Freud 1896, sebagai pendiri aliran ini,
mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar
terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam kesadaran dapat diumpamakan puncak
gunung es yang muncul di tengah laut, sedangkan sebagian gunung es yang
terbenam adalah alam ketidaksadaran manusia. Struktur kepribadian menurut Freud
terdiri dari id ego dan super ego.
Tujuan dan proses konseling psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali
struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan jalan yang
tidak disadari menjadi sadar kembali. Proses konseling dititikberatkan pada
usaha konselor agar klien dapat menghayayti, memahami dan mngenal pengalaman
masa kecilnya terutama masa usia 2-5 tahun.
Teknik konseling psikoanalisis ada 5, yaitu :
1) Asosiasi bebas,
yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pemikirannya dari
alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sehingga klien mudah mengungkapkan
masa lalunya.
2) Interpretasi,
teknik yang digunakan konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi,
resistensi, dan transferesi klien.
3) Analisis mimpi,
yaitu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan member kesempatan
klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
4) Analisis
resistensi, ditujukan untuk menyadarkan meminta perhatian klien untuk
menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi.
5) Analisis
transferesi, konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya
agar terungkap neurosisnya terutama pada usia selama 5tahun pertama dalam
hidupnya.
2. Terapi Terpusat pada Klien (Client- centered therapy)
Sering juga disebut terapi
nondirektif adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan
dengan cara berdialog antara konselor dan klien, agar tercipta gambaran yang
serasi dengan kenyataan klien yang sebenarnya.
Proses dan teknik konseling sebagai berikut :
1) Klien datang
kepada konselor atas kemauan sendiri.
2) Situasi
konseling sjak awal harus menjadi tanggung jawab klien untuk itu konselor
menyadarkan klien.
3) Konselor
meyakinkan klien agar ia berani mengemukakan perasaannya.
4) Konselor
menerima perasaan klien serta memahaminya
5) Konselor
berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaannya dirinya.
6) Klien menentukan
pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanan)
7) Klien
merealisasikan pilihannya itu.
Implementasi teknik konseling didasari oleh paham
filsafat dan sikap konselor tersebut. Oleh karena itu penggunaan teknik seperti
pertanyaan, memberanikan, interpretasi, dan sugesti dipakai dalam frekuensi
rendah. Yang lebih utama adalah pemakaian teknik konseling bervariasi dengan
tujuan pelaksanaan filosofi dan sikap. Karakteristik konselor adalah terpadu,
sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten, memahami secara empati, member
penilaian kepada klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
3. Terapi Gestalt
Terapi ini dikembangkan oleh Federick S. Pearl
(1894-1970) yang didasari oleh empat aliran, yakni, psikoanalisis,
fenomenologis, dan eksistensialisme serta psikologi Gestalt. Menurut Parls,
individu itu aktif sebagai keseluruhan. Individu bukanlah jumlah dari
bagian-bagin atau organ-organ semata. Individu yang sehat adalah individu yang
seimbang antara ikatan organism dengan lingkungan. Karena itu pertentangan
antara keberadaan sosial dengan biologis merupakan konsep dasar
terapi Gestalt.
4. Terapi Behavioral
Terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni
Pavlovian dan Skinnerian. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958)
untuk melakukan treatment neurosis. Kontribusi terbesar dari
konseling behavioral atau perilaku adalah diperkenalkannya metode ilmiah
dibidang psikoterapi, yaitu bagaimana memodifikasi perilaku melalui rakayasa
llingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku.
Tujuan terapi behavioral adalah untuk membantu klien membuang
respons-respons yang lama yang merusak diri dan mempelajari respons-respons
yang baru yang lebih sehat. Selain itu tujuan terapi behavioral adalah untuk
memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladatif dan memperkuat
serta mempertahankan perilaku yang diinginkan. Terdapat beberapa teknik dalam
terapi ini, yaittu :
1) Teknik
desensitisasi sistematik. Teknik ini bermaksud mengejar klien untuk memberikan
respons yang tdak konsisten dengan kecemasan yang dialami klien.
2) Teknik assertive
training. Teknik ini menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam
perasaan yang sesuai dalam menyatakannya. Pelaksanaan tejnik ini adalah dengan
role playing (bermain peran).
3) Aversion
therapy. Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negative dan
memperkuat perilaku positif.
4) Home-work. Yaitu
latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi
tertentu. Caranya adalah dengan member tugas rumah untuk satu minggu.
5. Logotherapy Frankl
Tujuan dari terapi logo adalah agar dalam masalah yang
dihadapi klien, dia bisa menemukan makna dari penderitaan atas kehidupan serta
cinta. Dengan penemuan itu, klien membantu dirinya sehingga bebas dari masalah
tersebut. Teknik logo ini masih mengikuti aliran psikoanalisis tetapi menganut
paham eksistensialisme. Teknik konselingnya menggunakan semua teknik yang
sekiranya sesuai dengan kasus yang dihadapi.
6. Terapi Emotif Rasional (Rational emotive
therapy/RET)
Teori ini dikembangkan seorang eksistensialis Albert
Ellis 1962. Teori memandang bahwa manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya
dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan
berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti, manusia
bebas, berfikir, bernafsu, dan berkehendak. RET menolak aliran psikoalanilis
dengan mengatakan peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya
gangguan emosional. Gangguan emosi terjadi karena pikiran-pikiran seseorang
yang bersifat irasoinal terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.
Tujuan dari proses terapi adalah untuk mengubah dan memperbaiki sikap, persepsi, cara berpikir,
keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rasional sehingga ia
dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Adapun
proses konselingnya adalah :
1) Konselor
menunjukan kepada klien bahwa kesulitannyang dihadapinya berhubungan dengan
keyakinan irasional dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap rasional.
2) Setelah klien
menyadari gangguan emosional yang bersumber dari pemikiran irasional, maka
konselor menunjukkan pemikiran klien yang irasional tersebut.
3) Konselor
berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irasionalnya dan konselor
berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan
perusakan diri.
4) Proses terakhir
konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkn filosofis
kehidupan rasional dan menolak kehidupan yang irasional dan fiktif.
Teknik konseling. Layanan konseling RET terdiri atas layanan individu dan kelompok. Sedangkan
teknik-teknik yang digunakan lebih banyak dari RET adalah :assertive
training (melatih dan membiasakan), sosiodarma (sandiwara pendek
tentang kehidupan), self modeling (konselor menjadi model dan
klien berjanji akan mengikuti), teknik reinforcement (memberi reward),
social modeling, desensitisasi sismatik, relaxatation, self control, homework
assignment, diskusi, simulasi, dan bibliografi (member bahan bacaan).
D. Aplikasi Teori-teori Konseling
Aplikasi teori-teori konseling pada praktek konseling
keluarga adalah suatu keharusan. Akan tetapi konselor sering merasa kesulitan
dalam aplikasi tersebut dengan single theory. Karena perilaku manusia tidak
bisa hanya dilihat dari satu sisi saja. Karena itu, multitheory adalah hal yang
wajar dalam mempelajari dan mengamati perilaku manusia, terutama
dalam praktek konseling.
1) Pendekatan terpusat pada klien
Roger menekankan bahwa klien secara individual dalam
keanggotaan kelompok akan mencapai kepercayaan diri, dimana ia mengatakan bahwa
anggota-anggota keluarga dapat mempercayai dirinya. Hal ini bisa terjadi jika
kondisi-kondisinya menunjukkan adanya kejujuran, keaslian, memahami, menjaga,
menerima, menghargai secara positif dan belajar aktif. Dalam konseling
keluarga, fungsi konselor adalah sebagai fasilitator, yaitu untuk
memudahkan membuka dan mengarahkan jalur-jalur komunikasi apabila ternyata
dalam kehidupan keluarga tersebut pola-pola komunikasinya berantakan
bahkan terputus sama sekali.
Seorang konselor amat menentukan keterbukaan anggota
keluarga dalam setiap sesi. Konselor tidak melakukan pendekatan terhadap
anggota keluarga sebagai seorang pakar yang akan menerangkan secara
treatmentnya. Akan tetapi, ia akan berusaha untuk menggali sumber yang ada
dalam keluarga itu melalui anggota keluarga yang memiliki potensi berkembang
dan digunakan memecaghkan masalah individu atau keluarga. Esensinya anggota
keluarga adalah arsitek bagi dirinya sendiri. Konselor memperhatikan respect
atau rasa hormat yag tinggi bagi potensi keluarga yang digunakan untuk
menentukan dirinya sendiri. Dengan demikian, konseling keluarga adalah proses
mengayam dari smua anggota keluarga untuk tumbuh dan menemukan dirinya sendiri.
2) Pendekatan eksistensi dalam konseling keluarga
Dalam konseling eksistenial, aspek-aspek seperti
membuat pilihan-pilihan, menerima tanggung jawab secara bebas, menggunakan gaya
kreatif untuk mengatasi kecemasan, dan penelitian terhadap makna dan nilai,
merupakan hal-hal yang mendasar dalam situasi terapeutik dalam konseling
keluarga. Prinsip eksistensialis yang digunakan pada
konseling keluarga memanfaatkan metode-metode kognitif, behavioral, dan
berorientasi pada perbuatan. Asumsi dasar dari keluarga, yakni anggota keluarga
membentuk nasibnya melalui pilihan-pilihan yang dbuatnya sendiri. Buruknya
kehidupan keluarga tidak lain berkurangnya kemauan para anggota untuk
mengalami, merasakan pandangan dunia pribadi anggota keluarga yang lain. Apa
yang kita kejar dalam konseling keluarga adalah terjadinya anggota keluarga
yang memutuskan untuk mengubah struktur kehidupan keluarga yang sesuai dengan
visi mereka sendiri.
3) Konseling keluarga pendekatan Gestalt
Teori Gestalt memberikan perhatian kepada apa yang
dikatakan anggota keluarga, bagaimana mereka mengatakannya, apa yang terjadi
keitka mereka berkata itu, bagaimana ucapan-ucapannya jika dihubungkan dengan
perbuatannya, dan apakah mereka berusaha untuk menyelesaikan perbuatannya. Yang
lebih ditekankan lagi dalam pendekatan ini adalah keterlibatan konselor dalam
keluarga. Karena itu, yang terpenting bagi konselor adalah mendengarkan suara
dan emosi mereka. Konselor melakukan perjumpaan dalam konseling keluarga
sebagai partisipan penuh, sebagai sahabat, sebagai orang yang dipercaya dalam
perjumpaan diantara sesama. Konselor membawa kepribadian, reaksi dan pengalaman
hidupnya kedalam perjumpaan konseling keluarga. Konselor akrab dengan mereka
dan berusaha memahami dan merasakn isi hati mereka. Konseling yang jujur dapat membuat
individu-individu yang terlibat didlamnya giat berusaha untuk menempatkan diri
sebagimana adanya dan memahami orang lain sebagaimana adanya pula.
4) Pendekatan konseling keluarga menurut aliran Adler
Adler beranggapan bahwa masalah seseorang pada
hakikatnya adalah bersifat sosial, karena itu diberi kepentingan yang besar
terhadap hubungan-hubungan antara manusia, yang terjadi sebagai dinamika psikis
dari individu yang biasanya merupakan kasus dalam keluarga. Tujuan dasar
dari pendekatan ini adalah untuk mempermudah perbaikan hubungan anak-anak dan
meningkatkan hubungan dalam keluarga. Salah satu asumsi terpenting, yakni
konseling keluarga harus diikuti secara sukarela oleh anggota keluarga. Anggota
keluarga memfokuskan isu-isu yang merebak dalam keluarga dan mencapai
persetujuan-persetujuan baru atau membuat usaha kompromi dan aktif
berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang baik. Adapaun teknik-teknik yang
digunakan dalam teori ini adalah wawancara awal, bermain peran dan penafsiran.
5) Pendekatan tansaksional analysis (TA) dalam konseling
keluarga
Tujuan dasar dari TA adalah bekerja dengan struktur
kontrak yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga terhadap konselor. Adapun
tahapan-tahapan konselingnya, yaitu :
a) Tahap awal, yaitu focus konseling pada dinamika
keluarga sebagai suatu sistem. Konselor menerangkan kepada anggota keluarga
bagaimana suatu individu muncul dan mempengaruhi anggota lain dalam suatu unit
keluarga.
b) Tahap kedua, yaitu terjadinya proses terapeutik dengan
setiap anggota keluarga. Disini akan terlihat dinamika individu dalam proses
konseling. Jika masing-masing anggota keluarga telah memahami dinamika hubungan
antara meraka, maka focus kita sekarang adalah pada keluarga sebagai suatu
unit.
c) Tahap ketiga, yaitu mengadakan reintegrasi terhadap
keseluruhan keluarga. Tujuan yang akan dicapai adalah berfungsinya
anggota-anggota keluarga, baik secara independen maupun interindependen
sehingga setiap anggota menjadi mampu berdiri sendiri dan dapat hidup sehat
dalam keluarga.
6) Aplikasi konsep-konsep psikoanalitik
Aliran psikoanalitik dalam konseling keluarga member
penjelasan tentang latar belakang kehidupan keluarga sebagai pemahaman terhadap
pola-pola intrapsikis yang terbuka dalam konseling keluarga. Konsep
psikoanalitik mengajarkan konselor untuk memahami ketidakfungsian pola-pola
keluarga yang telah menyebabkan isu-isu pribadi diantara ayah, ibu dan anak
gadisnya. Tantangan terbesar konselor adalah membantu anggota keluarga agar
menyadari keadaannya dan mengambil tanggung jawab dalam menanggulangi proyeksi
dan transferensinya serta memahami masalah keluarga yang masih berlarut-larut
seandainya mereka terus-menerus berorientasi pada kehidupan masa lalunya secara
tidak sadar. Pendekatan ini menunjukkan bahwa suatu kekuatan yang ditempuh unuk
memecahkan masalah keluarga sebagai suatu sistem dengan mencapai perubhan
struktur kepriadian kedua orangtua.
7) Konseling keluarga rational-emotive
Tujuan dari konseling ini pada dasarnya sama dengan
yang berlaku dalam konseling individual dan kelompok. Anggota keluarga dibantu
untuk melihat bahwa mereka bertanggung jawab dalam membuat gangguan bagi diri
mereka sendiri melalui perilaku anggota lain secara serius. Mereka didorong
untuk mempertimbangkan bagaimana akibat dari perilakunya,pikirannya dan
emosinya yang telah membuat orang lain dalam keluarga menirunya. Terapi Emotif
Rasional (RET) mengajarkan anggota keluarga untuk bertanggung jawab terhadap
perbuatannya dan berusaha mengubah reaksinya terhadap situasi keluarga.
8) Aplikasi teori behavioral dalam konseling keluarga
Konselor-konselor behavioral telah memperluas
prinsip-prinsip teori belajar sosial terhadap konseling keluarga. Mereka mengemukakan
bahwa prosedur-prosedur belajar yang telah digunakan untuk mengubah perilaku
dapat diaplikasikan untuk mengubah perilaku yang bermasalah dalam suatu
keluarga.
Ciri utama dari aplikasi behavioral terhadap konseling
keluarga, menurut Liberman 1981 mengungkapkan tiga bidang kepedulian teknis
bagi konselor, yakni :
a) Kreasi dari gabungan terapeutik yang positif
b) Membuat analisa fungsional terhadap masalah-masalah
dalam keluarga
c) Implementasi prinsip-prinsip behavioral yakni reinforcement
dan modeling dalam konteks interaksi dalam keluarga. Dengan menggunakan peranan
gabungan terapeutik, penilaian keluarga selanjutnya adalah melaksanakan
strategi behavioral.
9) Konsep-konsep logoterapi dalam konseling keluarga
Konsep logoterapi terkenal setelah keluar tulisan
Frankl dalam bukunya ‘Man’s Search for Meaning’ pada tahun 1962. Logoterapi
bertujuan agar klien yang menghadapi masalah dapat menemukan makna dari
penderitaannya dan juga makna mengenai kehidupan dan cinta. Dalam konseling
keluarga, konselor sebaiknya mengusahakan agar anggota keluarga menemukan makna
yang baik baginya dalam hubungan interpersonal. Konselor memberikan kesempatan
kepada anggota keluarga untuk berdiskusi satu sama lain tentang masalah mereka,
kemudian dibantu menemukan makna yang terkandung didalamnya. Makna tersebut
memberikan dorongan semangat hidup klien ke arah positif.
E. Proses dan Tahapan Konseling Keluarga
Proses konseling keluarga berbeda dengan konseling
individual karena ditentukan oleh berbagai factor seperti jumlah kliennya yang
lebih dari seorang. Relasi antar anggota keluarga amat beragam dan bersifat
emosional, dan konselo harus melibatkan diri dalam dinamika konseling keluarga.
Berdasarkan kenyataan, ada lima jenis relasi atau hubungan dalam konseling
keluarga, yaitu:
1. Relasi seorang konselor dengan klien
2. Relasi satu klien dengan klien lainnya
3. Relasi konselor dengan sebagian kelompok
4. Relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga
5. Relasi antar kelompok dengan kelompok lain
Dalam konseling keluarga, konselor diharapkan
mempunyai kemampuan professional untuk mengantisipasi prilaku keseluruhan
anggota keluarga yang terdiri dari berbagai kualitas emosional dan
kepribadiannya. Konselor yang profesional memiliki karakteristik yaitu:
a) Ilmu konseling dan ilmu lain yang berkaitan dengan
wawasan ilmiah;
b) Keterampilan konseling;
c) Kepribadian konselor yang terbuka, menerima apa
adanya, dan ceria.
Secara umum proses konseling berjalan menurut tahapan
berikut:
1. Pengembangan rapport
Hubungan konseling pada tahap awal seharusnya
diupayakan pengembangan rapport yang merupakan suasana hubungan konseling yang
akrab, jujur, saling percaya sehingga menimbulkan keterbukaan diri klien.
Upaya-upaya tersebut ditentukan oleh aspek-aspek dari konselor, yakni kontak
mata, prilaku nonverbal (prilaku attending, bersahabat, luwes, ramah, senyum,
menerima, jujur, penuh perhatian), bahasa lisan, atau verbal (sapaan sesuai
dengan teknik-teknik konseling), seperti ramah menyapa, senyum, dan bahasa
lisan yang halus.
2. Pengembangan apresiasi emosional
Jika semua anggota keluarga yang sedang mengikuti
anggota semua terlibat, maka akan terjadi interaksi yang dinamik diantara
mereka, serta memiliki keinginan yang kuat untuk memecahkan masalah mereka dan
mereka mampu saling menghargai perasaan amsing-masing. Ada 2 teknik konseling
keuarga yang efektif yaitu sculpting dan role playing. Kedua teknik ini
memberikan peluang bagi pernyataan-pernyataan emosi tertekan, dan penghargaan
terhadap luapan emosi masing-masing anggota keluarga.
3. Pengembangan alternative modus perilaku
Pada pengembangan alternative ini, yaitu mempraktikan
temuan baru dari semua anggota keluarga yang bisa menjadi alternative perilaku
yang baru dalam keluarga. Aplikasi perilaku tersebut dilakukan
melalui praktek di rumah. Konselor biasa member suatu daftar perilaku baru yang
akan dipraktikan selama satu minggu, kemudian melaporkannya pada sesi konseling
keluarga berikutnya. Tugas ini juga sering disebut pekerjaan rumah (home
assignment).
4. Fase membina hubungan konseling
Fase ini amat penting dalam proses konseling, dan
keberhasilan tujuan konseling secara efektif ditentukan oleh keberhasilan
konselor dalam membina hubungan konseling yang dilakukan dari tahap awal dan
tahap berikutnya. Secara berurutan, proses hubungan konseling dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a) Konseli memasuki ruang konseling, kemudian konselor
mempersiapkan klien supaya siap dibimbing.
b) Tahap klarifikasi, klien mengungkapkan alasan
kedatangannya, sebelum klien mengungkapkan harapan-harapannya.
c) Tahap struktur, konselor mengadakan kontrak, waktu
yang akan digunakan, biaya dan kerahasiaan.
d) Tahap meningkatkan relasi atau hubungan konseling
untuk memudahkan pembinaan bantuan kepada klien.
5. Memperlancar tindakan positif
Fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a) Eksplorasi, mengeksplorasi dan menelusuri masalah,
menetapkan tujuan konseling, menetapkan strategi, mengumpulkan fakta,
mengungkapkan perasaan-perasaaan klien yang lebih dalam, mengajarkan
keterampilan baru, konsolidasi, menjelajahi alternative.
b) Perencanaan bagi klien, yang bertujuan untuk
memecahkan masalah, mengurangi perasaan-perasaan menyedihkan/menyakitkan,
mengonsolidasi skil baru atau perilaku baru untuk mencapai aktifitas diri
klien.
c) Sebagai penutup, yaitu mengevaluasi hasil konseling,
menutup hubungan konseling.
D. Teknik-teknik Konseling Keluarga
1) Teknik Konseling keluarga dalam Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem yang dikemukakan oleh Perez 1979,
yaitu mengembangkan sepuluh teknik konseling keluarga, antara lain :
a. Mematung
b. Bermain peran
c. Diam
d. Konfrontasi
e. Mengajar anggota
keluarga dengan cara bertanya
f. Mendengarkan
g. Mengihktisarkan
pembicaraan
h. Menyimpulkan
i. Menjernihkan/memperjelas pernyataan yang samar
j. Merefleksikan perasaan klien dan ekspresi wajah
2) Skil Individu yang Perlu Dikuasai oleh Konselor
Teknik yang berhubungan dengan permahaman diri yaitu :
a. Keterampilan
mendengarkan
b. Keterampilan
memimpin
c. Keterampilan
merefleksi
d. Keterampilan
menyimpulkan
e. Keterampilan
mengonfrontasi seperti pengalaman, pendapat-pendapat, meningkatkan konfrontasi
diri, membuka perasaan-perasaan dan memudahkan munculnya perasaan-perasaan
f. Keterampilan
menafsirkan
g. Keterampilan
menginformasikan
Keterampilan untuk menyenangkan dan menangani ksiris.
Skil ini jiga berhubungan dengan usaha menyenangkan dan konselor
sebagai alatnya
a. Keterampilan
mengadakan kontak
b. Keterampilan
menentramkan hati klien
c. Keterampilan
untuk membuat relaks/santai
d. Meringankan
krisis dengan cara mengubah lingkungan klien
e. Mengembangkan
alternative-alternatif dengan persepsi realistic, mengurangi ketegangan,
membuat suatu komitmen tantangan
f. Keterampilan
mereferral klien
Keterampilan untuk menngadakan tindakan positif dan
perubahan perilaku klien.
Keterampilan ini banyak diwarnai oleh aliran
behavioral atau terapi perilaku. Tujuannya, agar setelah konseling klien
mengalami perubahan perilaku dan mampu melakukan tindakan positif. Metode ini
mempunyai karakteristik seperti pendekatan empiric objekif terhadap
tujuan-tujuan klien dan perubahan terhadap lingkungan klien. Adapun
keterampilan teknik yang termasuk dalam bagian ini adalah :
a. Modeling atau
metode belajar dengan cara mengalami/memperhatikan perilaku orang lain
b. Rewarding skill
atau keterampilan memberikan hadiah
c. Contracting atau
keterampilan mengadakan persetujuan dengan lien
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Konseling Keluarga ini secara khusus memfokuskan pada
masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggarannya
melibatkan anggota keluarga.
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga, tidak akan
pernah lepas darimasalah, konflik dan situasi/kejadian
yang tidak menyenangkan terkait dengan diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan sekitar. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
krisis keluarga tersebut.
Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan cara
modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah.
Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga,
cara ini telah dilakukan oleh para ahli konseling di seluruh dunia. Ada dua
pendekatan yang dilakukan dalam hal ini, yaitu:
3) Pendekatan individual. Yaitu upaya menggali emosi,
pengalaman dan pemikiran klien.
4) Pendekatan kelompok, yaitu diskusi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
S. Willis, Sofyan. 2009. Konseling
Keluarga (Family Counseling). Bandung: Alfabeta.
Komentar
Posting Komentar